Jumat, 04 Juni 2010
PENELITIAN PENGARUH TAKARAN KOTORAN DOMBA YANG DIFERMENTASI DENGAN TEKNOLOGI M-BIO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS
PENGARUH TAKARAN PORASI KOTORAN DOMBA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS (Brassica oleraceae L.) KULTIVAR GREEN CORONET
Rudi Priyadi
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Jalan Siliwangi No. 24 Tasikmalaya
ABSTRACT
Priyadi, R. 2002. The influence of dosage of organic fertilizer by fermented (porasi) of sheep manure toward the growth and harvest of cabbage (Brassica oleracea L.) Green Coronet variety.
The experiment was carried out at Sirnagalih, Cigalontang, Tasikmalaya from November 2001 until February 2002.
The aim of the experiment was to study the effect of “Porasi kotoran domba” (Organic matter of sheep dung fermented) on growth and yield of Brassica oleracea L. Green Coronet cultivated.
The result of the experiment showed that : the treatment rates of “Porasi kotoran domba” of 7,5 ton/ha until 12,5 ton/ha gave the best of growth and yield of Brassica oleracea L.
Key word : Porasi, variety, M-Bio.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya dari bulan Nopember 2001 sampai bulan Februari 2002.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh takaran porasi kotoran domba terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis varietas Green Coronet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan takaran porasi kotoran domba sebanyak 7,5 ton/ha sampai dengan 12,5 ton/ha memberikan pertumbuhan dan hasil kubis varietas Green Coronet tertinggi.
Kata Kunci : Porasi, varietas, M-Bio.
PENDAHULUAN
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran akan pentingnya kebutuhan gizi, yang didukung dengan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka permintaan terhadap produk-produk pertanian akan semakin meningkat pula.
Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup populer dan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat karena selain enak rasanya juga harganya terjangkau oleh rakyat banyak serta berfungsi sebagai sumber vitamin A, C, dan beberapa jenis mineral seperti kalsium dan fosfor. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi tanaman kubis perlu terus dilaksanakan guna memenuhi permintaan pasar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka selain memperhatikan syarat tumbuh tanaman kubis juga diperlukan upaya pemeliharaan yang salah satu diantaranya adalah pemberian bahan organik.
Menurut Wibisono Anom dan Muchsin Basri (1993), bahan organik dapat berupa jasad renik yang sudah mati, sisa-sisa tanaman, kotoran hewan
dan lain-lain yang telah tercampur dengan tanah, berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Menurut Hardjowigeno Sarwono (1987), selain dapat menambah hara bahan organik dapat pula memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation, menambah kemampuan tanah menahan air, dan meningkatkan kegiatan biologi tanah. Pada beberapa tanah masam, pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah (menetralkan Al dengan membentuk kompleks Al-organik). Kemudian
pupuk organik juga meningkatkan ketersediaan unsur mikro, misalnya melalui khelat unsur mikro
dengan bahan organik. Keuntungan lain yang tidak kalah pentingnya dari penggunaan pupuk organik ini adalah tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Pemberian bahan organik dapat diaplikasikan dengan pemberian pupuk kandang, kompos, dan pupuk hijau, selain itu juga dapat digunakan porasi (pupuk organik cara fermentasi). Porasi berbeda dengan kompos, namun keduanya merupakan sumber bahan organik. Kompos dibuat dari hasil pembusukan dengan waktu yang relatif lama (1 sampai 3 bulan) untuk dapat digunakan pada tanaman, sedangkan porasi merupakan hasil fermentasi bahan organik yang dibuat dalam waktu hanya beberapa hari saja (4 sampai 7 hari) dan langsung dapat digunakan sebagai pupuk. Hal ini disebabkan dalam pembuatan porasi digunakan aplikasi teknologi M-Bio yang mampu memfermentasi bahan organik dalam waktu yang relatif cepat (Priyadi Rudi , 1998).
Lebih lanjut Priyadi Rudi (2000) menjelaskan bahwa M-Bio merupakan kultur campuran mikroorganisme yang terdiri dari Azospirillum sp., Lactobacillus sp., Solubizing Phosphate Bacteria dan Yeast yang bekerja secara berkesinambungan dan saling mengisi antara mikroorganisme yang satu dengan mikroorganisme yang lainnya untuk memfermentasi bahan organik, baik bahan organik yang ada di dalam tanah maupun bahan organik
yang telah disediakan sebelumnya (dalam pembuatan pupuk organik cara fermentasi/porasi). Porasi ini dapat diberi nama sesuai dengan bahan dasarnya seperti porasi kotoran domba, porasi kotoran ayam, porasi jerami, porasi eceng gondok, dan lain-lain.
Dengan mengetahui peranan pupuk organik, maka perlu diteliti lebih mendalam pengaruh
penggunaan porasi kotoran domba terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis.
Penggunaan pupuk dengan takaran yang tepat akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, yang sekaligus dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk (Setyamidjaya Djoehana, 1986).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan takaran porasi kotoran domba yang memberikan pengaruh terbaik dagi pertumbuhan dan hasil tanaman kubis (Brassica oleracea L.) varietas Green Coronet.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Desa Sirnagalih,
Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya dari Bulan Nopember 2001 sampai Bulan Februari 2002. Ketinggian tempat 1 250 m dpl, jenis tanah Andosol, pH 5,9, dengan tipe curah hujan B (Schmidt dan Fergusson, 1951 dalam Hanafi, 1989).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : benih kubis varietas Grreen Coronet,
Kantung plastik, porasi kotoran domba, pupuk Urea 200 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCl 100 kg/ha, Furadan, Curacron 500 EC, Antracol 75 WP, dan Dithane M-45.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan sebagai berikut : a1 (kontrol, Urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sesuai anjuran), a2 (porasi 2,5 ton/ha), a3 (porasi 5 ton/ha), a4 (porasi (7,5 ton/ha), a5 porasi (10 ton/ha), dan a6 (porasi 12,5 ton/ha). Masing-masing perlakuan diulang 4 kali.
Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pada pengolahan tanah kedua dilakukan pembuatan petak-petak percobaan dengan ukuran 1,5 m x 4 m, jarak antar ulangan 0,6 m dan jarak antar perlakuan 0,7 m.
Perlakuan pemberian porasi kotoran domba dilakukan sebelum tanam dengan cara disebar kemudian dicampur dengan tanah pada dosis masing-masing sesuai perlakuan. Sedangkan untuk perlakuan petak kontrol (a1) SP-36 dan KCl seluruhnya diberikan pada waktu tanam, Urea diberikan 3 kali yaitu 25% pada saat tanam dan pada umur 14 HST, kemudian 50% diberikan pada umur 28 HST dengan cara ditugal.
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 4 MSS dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm.
Pemeliharaan yang meliputi penyulaman, penyiangan, penyiraman, pengendalian hama dan Penyakit tanaman dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan.
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 90 hari yang ditandai dengan kepadatan krop yang seragam, daun krop terluar pada bagian tepinya sudah melengkung dan warnanya agak keungu- unguan.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per tanaman, bobot brangkasan per tanaman dan per petak, serta bobot bersih krop per tanaman dan per petak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman dan Jumlah daun
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa takaran porasi kotoran domba yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman pada umur
45 hari setelah tanam (Tabel 1).
Perlakuan porasi kotoran domba pada takaran 2,5 ton/ha memperlihatkan tinggi tanaman dan Jumlah daun per tanaman terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan pemberian takaran porasi lainnya. Hal ini diduga karena pemberian porasi
kotoran domba pada takaran 2,5 ton/ha masih
belum mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal. Selanjutnya dengan peningkatan takaran porasi kotoran domba yang diberikan memperlihatkan peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman yang lebih baik bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Hal ini disebabkan dengan semakin tingginya takaran Porasi yang diberikan ke dalam tanah, maka akan semakin meningkatkan kandungan unsur hara tanah serta memperbaiki keadaan struktur tanah dengan lebih sempurna sehingga tanah menjadi subur dan gembur, di samping itu mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang pada akhirnya unsur hara akan lebih mudah tersedia dan dapat diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurtika Nunung (1990) yang menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil tanaman yang lebih baik, harus tersedia unsur hara yang cukup, dan bahan organik mengandung unsur hra makro dan mikro yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.
Bobot Bersih Krop Per Tanaman dan Per
Petak
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa takaran porasi kotoran domba yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan per petak dan bobot bersih krop per tanaman dan per petak (Tabel 2).
Perlakuan takaran porasi kotoran domba 7,5 ton/ha memberikan bobot bersih krop per tanaman dan bobot bersih krop per petak tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran porasi kotoran domba 10,0 ton/ha dan 12,5 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa takaran porasi kotoran domba sebanyak 7,5 ton/ha telah mampu menyediakan sejumlah unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sebab untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik yang mampu memberikan hasil tinggi, unsur-unsur hara yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang diusahakan harus dalam keadaan tercukupi. Menurut Hardjowigeno Sarwono (1987), unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro dan unsur-unsur hara tersebut tersedia dalam porasi.
Selain menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah, porasi juga berfungsi sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk menahan air dan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah menjadi lebih tinggi. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air (Hardjowigeno Sarwono, 1987).
Lebih lanjut Priyadi Rudi (1998) menjelaskan bahwa porasi apabila diberikan ke dalam tanah maka akan mampu meningkatkan keragaman dan aktifitas mikroorganisme tanah sehingga perombakan bahan organik akan berlangsung lebih cepat. Menurut Wibisono Anom dan Muchsin Basri (1993) dengan meningkatnya aktifitas mikroorganisme, maka akan meningkatkan proses penguraian bahan organik sehingga unsur hara yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia. Ketersediaan unsur hara ini
memungkinkan laju fotosintesis akan meningkat, sehingga diperoleh bobot bersih krop per tanaman dan bobot bersih krop per petak yang lebih tinggi.
Hasil analisis regresi korelasi (Gambar 1), menunjukkan bahwa sampai dengan takaran porasi kotoran domba 12,5 ton/ha hasil tanaman kubis kultivar Green Coronet masih memperlihatkan peningkatan, sehingga masih memungkinkan untuk meningkatkan pemberian takaran porasi kotoran domba yang lebih tinggi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulakn bahwa pemberian takaran porasi kotoran domba sebanyak 7,5 ton/ha – 12,5 ton/ha memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis kultivar Green Coronet.
Saran
Disarankan untuk menggunakan takaran porasi kotoran domba sebanyak 7,5 ton/ha pada tanaman kubis kultivar green coronet.
Sebagai upaya memantapkan hasil penelitian disarankan juga untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan takaran porasi kotoran domba yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Melton Putra. Jakarta.
Nurtika Nunung. 1990. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Perbaikan Kimia Tanah dan Hasil Tomat Kultivar Lokal Gondol pada Tanah Andosol. Bulletin Penelitian Hortikultura. Vol XIX No.1 Lembang.
Priyadi Rudi. 1998. Beberapa Hasil Penelitian Aplikasi Teknologi M-Bio dalam Budidaya Pertanian. Jurnal Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
__________. 2000. Pengaruh berbagai takaran porasi kayambang (Salvinia molesta) terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) Varietas Hawai Supersweet. Jurnal Agrikultura Volume 11, No. 3 Desember 2000. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Setyamidjaya Djoehana. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta.
Wibisono Anom dan Muchsin Basri. 1993. Pemanfaatan Limbah Untuk Pupuk, Bulletin Kyusei Nature Farming Volume. 02/IKNFS/thn.1.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar